Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development of Economics & Finance (
Indef) menilai kinerja
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom yang masih kurang baik, tercermin dari penurunan harga saham, berpengaruh pada kesiapan Indonesia menghadapi transformasi digital menuju
industri 4.0. Sepanjang tahun ini, saham Telkom tercatat turun 15,5 persen.
"Kondisinya saat ini, salah satu perusahaan jasa komunikasi yang kita andalkan memiliki kolerasi dalam meningkatkan bandwith dan kecepatan internet (Telkom), pertumbuhannya melambat," kata Ekonom Indef Bhima Yudhistira di Jakarta, Selasa (24/4).
Bhima menjelaskan, salah satu indikator melambatnya kinerja Telkom terlihat dari harga saham perseroan yang turun. Harga saham, mencerminkan keyakinan investor dalam berinvestasi di perusahaan tersebut. Padahal, BUMN ini masih membutuhkan investasi untuk meningkatkan jaringan bandwith dan kecepatan internet di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut data International Institute for Management Development (IMD) bahwa kesiapan Indonesia dalam transformasi digital berada pada peringkat 62 dari 63 negara yang mengikuti survei. Sementara untuk kecepatan internet dan bandwith Indonesia berada di peringkat 52 dari 63 negara.
"Berarti internet di Indonesia masih lambat, bagaimana mau menumbuhkan dan mengembangkan
fintech, e-commerce, apalagi industri 4.0, ketika akses internet masih tertinggal," kata Bhima.
Guna ikut mendukung berjalannya industri 4.0, menurut Bhima, salah satu yang harus dibenahi Telkom adalah manajemen internal perseroan. Pendapatan perusahaan pun harus ditingkatkan guna menopang kebutuhan investasi yang lebih besar.
"Bukan hanya koneksi internet yang tidak merata sampai ujung Indonesia, tetapi infrastruktur dan sarana juga masih terbatas," jelas dia.
Sejak awal Maret 2018, saham Telkom menunjukkan tren penurunan, hingga berada di bawah level 4.000. Sementara itu, pada penutupan perdagangan kemarin (24/4), saham Telkom ditutup menguat 2,13 persen ke level 3.830.
"Penurunan terjadi karena pelaku pasar tidak puas dengan tingkat pertumbuhan kinerja keuangan Telkom pada tahun lalu," terang Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat, awal bulan ini.
Mengutip laporan keuangan Telkom, perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai Rp22,14 triliun, tumbuh 14,41 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding 2016 yang sempat mencapai 25 persen.
(agi)